Cerita Warga Kenang Satu Keluarga Korban Pembunuhan di Bekasi hingga Sejumlah Kecaman untuk Pelaku

By Angelice Onggi - Kamis, November 15, 2018

Terungkap fakta Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi

AGEN SBOBET, Ditemukannya satu keluarga yang tewas di rumahnya di Jalan Bojong Nangka 2 RT 02/07 Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi telah membuat geger warga sekitar.

Satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan dua orang anak ini, ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa pada Selasa (13/11/2018) sekitar pukul 06.30 WIB.

Identitas korban yakni Diperum Nainggolan (38), suami; Maya Boru Ambarita (37), istri; Sarah Boru Nainggolan (9), anak pertama; Arya Nainggolan, (7) anak kedua.

Warga sekitar rumah korban memandang keluarga tersebut sebagai orang yang baik dan juga periang.

Lita, tetangga korban, mengaku kaget ketika mendengar keluarga tersebut tewas.

Dia tak menyangka pertemuannya dengan korban di warung kelontong sehari sebelumnya adalah pertemuan terakhir mereka.

"Saya kaget juga ya satu keluarga tewas gitu. Saya sering belanja ke toko korban itu beli kebutuhan sehari hari, ya itu kan warung sembako, beli makanan beras atau sabun cuci," ucapnya.

Lita mengaku sempat berbelanja di warung korban pada sore hari sebelum kejadian.

Ia juga mengaku sempat mendengar percakapan kepala keluarga, Diperum Nainggolan dengan seseorang melalui telepon genggam, Senin (12/11/2018), sekitar pukul 16.30 WIB.

Korban, kata Lita, menelpon dengan suara dan nada yang keras.

"Saya enggak sengaja dengar bapak itu nelpon gitu, nada keras, marah-marah gitu," katanya kepada Warta Kota, di TKP, Selasa (13/11/2018).

Lita yang rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah korban menjelaskan bahwa dirinya sempat menanyakan kenapa korban marah-marah.

Namun, istrinya meminta dirinya tidak perlu ikut campur.

"Saya tanya Istri korban Maya Boru Ambarita. Saya tanya ke isterinya, kenapa bapak marah-marah Bu. Dia jawab udah kamu nggak usah ikutan, sama istrinya ngomong gitu abis itu dia langsung masuk ke dalam," kata Lita.

Dia mengatakan bahwa dalam percakapan itu, Diperum Nainggolan terdengar membicarakan soal uang dan mobil.

"Saya enggak lama belanjanya ya sekitar lima menit. Saya enggak dengar rincinya, tapi kedengarannya bicarakan soal mobil dan uang gitu. Nadanya keras kayak orang berantem," ucapnya.

Lita mengenalnya keluarga korban sebagai keluarga yang baik.

"Saya sering ngobrol-ngobrol. Cuma suaminya kalau ngomong emang agak tinggi nadanya karena logat Batak mungkin ya, tapi mereka sekeluarga baik saya sering belanja,"katanya.

Karangan bunga sudah mulai berdatangan ke lokasi pembunuhan.

Jimmy, penghuni kos korban mengungkapkan bahwa Diperum selalu menyempatkan lebih dulu menegur semua penghuni kos yang pulang larut malam.

"Kalau saya buka rantai gembok itu pasti dia keluar untuk menegur saya," ucap Jimmy.

Namun, jelas Jimmy, malam sebelum korban ditemukan hal tersebut tidak terjadi.

Ia mengaku sering pulang malam sehingga diberikan kunci gerbang kontrakan oleh pemilik kos yakni korban.

"Saya bertugas di luar kota, pukul 11.30 malam saya pulang. Biasanya gerbang dikunci pukul 11.00 malam. Karena saya datang pukul 11.30 malam, saya ada kunci.

Penghuni kos sini ada dua orang diberi kunci, karena saya sering bertugas di luar kota, berangkat pukul 05.00 pagi, pulang malam jadi dikasih kunci," kata Jimmy, Selasa (13/11/2018).

Jimmy mengatakan, saat dirinya pulang pukul 11.30 malam, pada Senin (13/11/2018), korban yang biasanya menyapa dirinya, kali ini tidak menyapa.

"Jadi pukul 11.30 malam, saya masuk kemudian saya gembok dan kunci lagi seperti semula. Karena saya harus rantai biasanya kalau saya pulang malam, rantai bunyi almarhum keluar. 'Bang baru datang yaa'. Tapi ini enggak ada," katanya.

Tak hanya itu, tetangga korban, Acih, menjelaskan malam sebelum pembunuhan ia masih melihat senyum dan tawa dari dalam warung Diperum.

Dia mengaku sempat mengobrol selama lima menit dengan Diperum, sebelum pamit untuk pulang ke rumah.

Kecaman Untuk Pelaku

Sejumlah tetangga korban pun mengecam aksi sadis pelaku.

Warga meminta agar pelakunya segera ditangkap dan dihukum mati.

"Itu pembunuhan paling keji. Saya saja bunuh binatang aja engga berani, ini sampai anaknya ikut dibunuh juga. Pelaku wajib dihukum mati," tegas Darmi (34), warga Jatirahayu, saat ditemui di depan lokasi pembunuhan, Rabu (14/11/2018).

Darmi yang anaknya sekolah di SD yang tidak jauh dari lokasi pembunuhan, mengaku khawatir sejak adanya pembunuhan tersebut. Sejak itu, keluarganya lebih waspada terkait keamanan rumah dan anaknya.

"Saya jadi waspada aja, takut rumah dimasukin orang jahat. Takut anak saya juga diapa-apain orang jahat. Sekarang zaman sudah parah, bunuh-bunuh gitu," tuturnya.

Warga lainnya, Suryani (30), juga mengaku khawatir setelah adanya kejadian pembunuhan satu keluarga itu.

Ia pun meminta pelaku dihukum mati.

"Cepat ditangkap saja pelaku, yang pasti harus dihukum mati. Kalau perlu disiksa dulu kayak korbannya," katanya.

Ia mengatakan, seusai kejadian itu, dirinya sempat tidak bisa tidur karena terbayang aksi keji tersebut.

"Semalam saya susah tidur, kebayang takut gitu. Takut rumah saya dimasukin orang. Takut bangat lah," ungkap Suryani yang masih satu RT dengan korban.

Ia menilai keluarga korban sangat baik dan ramah, meskipun terlihat berwatak keras.

"Sama tetangga enggak ada masalah. Saya suka becanda, ngobrol. Tapi memang nada bicaranya kan khas orang Batak," ujarnya.

Nining, penghuni kontrakan tempat korban tinggal, juga mengaku tak menyangka peristiwa nahas itu menimpa korban.

Korban tewas merupakan penjaga kontrakan milik kakaknya. Ia mengaku takut pelaku masih berkeliaran di sekitar lokasi.

"Takut banget saya. Harapannya ya semoga pelakunya ketangkap dan dihukum mati," ucapnya.

Lokasi kejadian korban dugaan pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka 2, RT02 RW07 Kelurahan Jatirahayu Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Selasa (13/11/2018).

Kronologi

Keluarga yang diduga dibunuh ini ditemukan tak bernyawa oleh tetangga mereka Feby Lofa yang curiga saat melihat gerbang rumah korban yang masih terbuka dan televisi yang juga masih dalam kondisi menyala di jam 03.30 WIB.

Merasa heran Feby sempat mencoba memanggil keluarga korban dari luar.

Tak hanya itu ia juga sempat menelepon korban, namun karena tidak mendapat jawaban, Feby memutuskan kembali masuk ke dalam rumahnya.

"Saya sempat lihat gerbangnya kebuka, saya panggil tidak nyahut, padahal TV nyala, kira saya tidur kali. Ya sudah saya pulang ke kontrakan," ucap Febby.

Kecurigaannya semakin menjadi saat mengetahui korban belum berangkat kerja di pagi harinya.

Merasa penasaran, ia pun memberanikan diri untuk membuka jendela rumah korban.

"Biasanya korban ini (suaminya) kan kerja suka berangkat sekitar pukul 06.30 WIB. Tapi belum bangun juga, saya lihat lewat jendela ternyata penghuni rumah tergeletak penuh darah," tambahnya.

Kaget dengan kondisi keluarga korban yang sudah bersimbah darah, Feby segera meminta tolong dan melapor ke warga di sekitar rumahnya dan juga Ketua RT.

"Saya kasih tahu warga lain dan Pak RT. Terus langsung nelpon polsek Pondok Gede," ujarnya.

 AGEN SBOBET

  • Share:

You Might Also Like

0 comments