Keberatan Rusia-Australia Usai Wartawannya 'Diserang' Polisi AS

By Angelice Onggi - Kamis, Juni 04, 2020

Gelombang demonstrasi George Floyd di New York, Amerika Serikat

AGEN SBOBET, Para jurnalis yang meliput gelombang demonstrasi George Floyd menjadi korban kekerasan polisi Amerika Serikat (AS). Australia hingga Rusia pun melayangkan keberatan lantaran wartawannya turut diserang polisi.

Sebagaimana diketahui, kematian pria kulit hitam bernama George Floyd oleh oknum polisi di Minnesota, AS memicu kemarahan publik. Gelombang demonstrasi berujung pada kerusuhan pun menyebar ke beberapa negara bagian AS. Pendemo dan polisi pun terlibat bentrok.

Insiden penyerangan jurnalis oleh polisi-polisi AS juga tak terhindari. Associated Press melaporkan penyerangan terhadap jurnalis terjadi di Minneapolis, New York, Chicago, Pittsburgh, Los Angeles, Philadelphia, San Diego, Detroit dan Denver. Polisi-polisi AS dilaporkan tetap menyerang para jurnalis meski mereka menunjukkan kartu pers mereka.

Otoritas Australia menyatakan sedang menyelidiki penyerangan itu dan mempertimbangkan untuk mengajukan protes resmi ke AS.

"Kami telah meminta Kedutaan Besar Australia di Washington DC untuk menyelidiki insiden ini," tegas Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, seperti dilansir AFP, Selasa (2/6/2020).

Pernyataan ini disampaikan Payne setelah dua jurnalis Australia didorong, ditonjok dan dipukul dengan tongkat polisi saat melakukan siaran langsung dari lokasi unjuk rasa di luar Gedung Putih pada Senin (1/6) malam waktu AS.

"Saya ingin mendapatkan saran lebih lanjut soal bagaimana kami akan menyampaikan kekhawatiran kuat Australia terhadap otoritas lokal yang bertanggung jawab di Washington (DC)," ujar Payne kepada wartawan setempat.

Laporan Associated Press menyebut insiden yang menimpa seorang kamerawan dan seorang reporter untuk saluran televisi Channel 7 itu, terekam kamera. Reporter Channel 7, Amelia Brace, menyampaikan laporan langsung bersama kamerawan Tim Meyers di luar Gedung Putih pada Senin (1/6) malam waktu AS.

Laporan Brace itu disiarkan langsung dalam program televisi pagi, Sunrise, pada Channel 7 di Australia. Dalam laporannya, Brace menyebutkan bahwa peluru karet dan gas air mata ditembakkan polisi ke arah demonstran, dan dia menyebut sang kamerawan sempat terkena peluru karet.

Beberapa saat kemudian, tayangan langsung dari lokasi menunjukkan polisi membubarkan para demonstran, dan tiba-tiba salah satu polisi berlari mendekat dan menyerang kamerawan, Meyers. Pada saat yang sama, Brace meneriakkan 'Media!' ke arah polisi tersebut.

Para penyiar berita yang melaporkan di studio di Australia terlihat khawatir dengan situasi itu. "Wah, Amelia, Anda baik-baik saja? Atau kamerawan Anda? Polisi baru saja menyerang Amelia dan kamerawan 7 News kami di sana. Dan tampaknya seorang polisi menonjok kamerawan kami," ucap penyiar berita itu dalam tayangan yang terus berlangsung.

Setelah itu, reporter Brace sempat hilang kontak sebentar dengan studio, sebelum dia kembali melanjutkan laporan langsung dari luar Gedung Putih. "Anda mendengar kami berteriak bahwa kami adalah media. Tapi mereka (polisi-red) tidak peduli, mereka tidak pandang bulu saat ini, mereka mengejar kami di jalanan," ucap Brace dalam laporannya.

"Seperti Anda lihat, dan mereka menembakkan peluru karet ke arah semua orang, ada gas air mata dan sekarang kami dikepung polisi. Dan Anda sungguh melihat cara mereka memperlakukan kamerawan saya, Tim, mereka cukup kasar dan mereka tidak peduli siapa yang mereka targetkan saat ini," imbuhnya.

Tidak diketahui pasti apakah kedua jurnalis itu mengalami luka-luka.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia menuntut agar AS "mengambil tindakan segera" untuk menghentikan kekerasan polisi terhadap wartawan.

"Kami marah atas kekerasan yang sedang berlangsung yang digunakan oleh penegak hukum Amerika terhadap media internasional yang meliput protes di AS, termasuk Rusia," kata Kemenlu Rusia dalam pernyataannya seperti yang dilansir AFP, Rabu (3/6/2020).

"Kami menuntut agar otoritas AS mengambil langkah-langkah mendesak untuk mencegah wartawan menjadi sasaran impunitas polisi," tambahnya.

Kemenlu Rusia mengatakan bahwa seorang produser yang bekerja untuk media pemerintah Sputnik, Nicole Roussell, terluka saat meliput aksi demonstrasi George Floyd di Washington DC. Polisi AS menembakkan peluru karet dan sebuah granat untuk membubarkan aksi protes di sana.

Kemenlu Rusia mengatakan Roussell menerima "banyak luka-luka, termasuk serangan dari senjata api," dan kemudian diinjak oleh seorang perwira. Pihak Kemenlu Rusia mengutuk tindakan ini sebagai "tindakan tidak ramah oleh otoritas AS."

"Kekejaman yang keterlaluan dan ilegal" terjadi tepat di luar Gedung Putih, tambahnya.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments