Eks Polisi yang Jadi Pelaku Tewasnya George Floyd Sempat Peringatkan Rekannya

By Angelice Onggi - Minggu, Juni 07, 2020

J Alexander Kueng, salah satu eks polisi yang menjadi pelaku pembunuhan George Floyd di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, pada 25 Mei lalu.

AGEN SBOBETMinneapolis - Salah satu dari eks polisi yang jadi pelaku tewasnya George Floyd mengklaim, dia berusaha memperingatkan rekannya.

Fakta itu disampaikan oleh Tom Plunkett, pengacara J Aleander Kueng, dalam insiden yang kemudian memicu gelombang demonstrasi dua pekan terakhir.

Dalam sidang, Plunkett menyatakan bahwa Kueng sudah berusaha memperingatkan rekan-rekannya saat menahan George Floyd. "Jangan lakukan itu," ujarnya.

J Aleander Kueng dihadirkan dalam sidang Kamis (4/6/2020) bersama dengan dua mantan polisi lainnya, Tou Thao serta Thomas Lane.

Ketiganya dijerat dengan pasal membantu dan brsekongkol untuk melakukan pembunuhan, termasuk juga persekongkolan pembunuhan tak disengaja.

Sementara Derek Chauvin merupakan pelaku utama, setelah dia menindihkan lututnya ke leher Floyd, dalam peristiwa yang terjadi pada 25 Mei.

Chauvin didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga, pembunuhan tingkat dua, dan pembunuhan tak disengaja tingkat dua. Semua terdakwa terancam dipenjara hingga 40 tahun.

Kueng disebut baru tiga haribertugas. Sementara Lane baru menjalani tugas keempat, ujar pengacaranya, Earl Gray.

Gray berujar, kliennya itu sempat dua kali bertanya kepada Derek Chauvin yang notabene instruktur mereka. "Haruskah kita membalikannya?" tanyanya.

Lane takut jika Floyd mengalami delirium, yaitu demam atau keracunan yang ditandai dengan kegelisahan, ilusi, atau ketidaktepatan pikiran serta perkataan.

"Apa yang bisa klien saya lakukan selain menaati apa yang diperintahkan oleh instruktur," jelas Gray selama sidang berlangsung.

Beberapa video yang menyebar di media sosial memperlihatkan Chauvin menindih leher Floyd, dengan tiga lainnya berusaha mengendalikannya.

"Tolong, tolong, aku tak bisa bernapas," pinta Floyd dalam video. "Perutku sakit, leherku sakit. Tolong, aku tak bisa bernapas," lanjut dia.

Dalam laporan pidana, Lane dan Kueng yang pertama kali datang merespons laporan pegawai Cup Foods, toko kelontong yang didatangi Floyd.

Saat itu, si pegawai toko menduga korban menggunakan uang palsu senilai 20 dollar AS, atau sekitar Rp 282.077, untuk membeli barang.

Ketika Lane melihat Floyd masih berada di parkiran, dia segera mengacungkan pistol, mengeluarkannya dari mobil, dan memborgolnya.

Setelah itu, Floyd yang masih terborgol dijatuhkan ke aspal jalan, dengan Kueng memegangi punggung sementara Lane menekan kakinya.

Sementara Floyd terus mengerang dengan mengatakan "Mama", "aku tak bisa bernapas", dan "tolong" beberapa kali, Lane sempat bertanya apa dia perlu membalikannya.

"Tidak, biarkan saja dia seperti ini," jawab Chauvin. "Saya takut jika dia terkena delirium atau semacamnya," sergah Lane.

Berdasarkan otopsi dari kantor pemeriksa medis Hennepin County, Floyd tewas karena "tekanan kardiopulmoner karena leher yang ditekan".

Hasil pemeriksaan post-mortem memang menyebut Floyd adalah korban pembunuhan, namun meneknakan pria 46 tahun itu juga punya riwayat kesehatan serius.

Di antaranya adalah penyakit jantung serta tekanan darah tinggi, keracunan fentanyl, hingga mengonsumsi methamphetamine.

Tapi, hasil otopsi dari pihak keluarga mengeluarkan fakta berbeda, di mana Floyd tewas karena sesak napas yang disebabkan putusnya aliran darah ke otak.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments