Kisah Hidup Davies Tak Semulus Laju Larinya di Lapangan Hijau

By Angelice Onggi - Rabu, Mei 27, 2020


AGEN SBOBET, Alphonso Davies disorot usai menunjukkan kecepatan luar biasa di Der Klassiker. Namun untuk berada di titik saat ini, Davies melalui jalan hidup yang berliku.

Pemain 19 tahun ini mencuri perhatian saat Bayern Munich mengalahkan Borussia Dortmund 1-0 di Signal Iduna Park, Selasa (26/5/2020) dini hari WIB. Ia menunjukkan kecepatan yang luar biasa di menit ke-32 dari tengah lapangan berlari merebut bola yang dikuasai oleh Erling Haaland di daerah pertahanan Bayern. Menurut dari Squawka, kecepatan Davies saat mengejar Haaland mencapai 35,27 km/jam.

Aksi gemilangnya di Der Klassiker melengkapi sensasi pemuda berpaspor Kanada ini di musim ini. Ia menjadi andalan Hansi Flick di sektor bek kiri dengan berhasil mengemas dua gol dan sembilan assist.

Namun dibalik itu semua, Davies ternyata harus menjalani alur hidup yang cukup berliku untuk seperti sekarang. Saat kecil, ia berada dalam kondisi serba sulit karena tinggal di kamp pengungsian.

Davies lahir di kamp pengungsian di Buduburam, Ghana, saat kedua orang tuanya Debeah dan Victoria Davies harus meninggalkan Monrovia, Liberia akibat perang saudara. Peruntungan hidup Davies membaik kala umurnya menginjak lima tahun. Orang tuanya pindah ke Edmonton, Kanada berkat program dari Komisoner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

"Sulit untuk hidup karena satu-satunya cara Anda bertahan hidup kadang-kadang adalah Anda harus membawa senjata," kata ayah Alphonso, Debeah dikutip dari situs resmi Bundesliga.

"Kami tidak tertarik untuk menembak. Jadi, kami memutuskan untuk melarikan diri dari sana. Mereka memiliki program pemindahan pemukiman, dan mereka berkata ini baik. Kami mengisi formulir dan berhasil pergi ke Kanada setelah melewati wawancara," jelasnya.

Di Edmonton kecintaan Davies kepada sepakbola tumbuh. Bakatnya yang menonjol kala memperkuat tim lokal tercium oleh klub Major League Soccer (MLS), Vancouver Whitecaps. Mereka memboyong Davies saat usianya 14 tahun pada 2015.

Dalam wawancara dengan DW Kickoff, kedua orang tua Davies sempat enggan melepas sang anak bergabung Whitescaps. Ia menilai Davies masih terlalu muda untuk pergi ke Vancouver yang berjarak lebih dari 1000 km dari Edmonton.

"Aku mengatakan kepadanya. Dia tidak bisa pergi. Dia masih terlalu muda. Namun dia berjanji kepadaku,' Mom biarkan biarkan aku pergi. Aku akan melakukannya untuk membuatmu bangga'," ujar Ibu Davies, Victoria.

Davies tak butuh waktu lama untuk menembus skuat utama Whitecaps. Ia mencatatkan debut pada usia 15 tahun di MLS yang menjadikan pemain termuda yang pernah bermain di liga tertinggi di Amerika Serikat tersebut.

Pada 2018, tawaran dari Bayern Munich datang kepada Whitecaps untuk memboyong Davies. Ia hengkang ke Jerman dengan nilai transfer 10 juta euro.

Bersama Bayern, kemampuan adaptasi Davies diuji. Ia yang berposisi asli sebagai winger digeser menjadi bek sayap oleh pelatih Bayern sebelumnya Niko Kovac di awal musim ini.

Davies mampu menjawab tantangan itu dan bersinar di posisi barunya tersebut hingga kini di bawah Flick. Dengan usai yang masih 19 tahun, tentu masih banyak kejutan yang bisa dihadirkan Davies. Mari kita nantikan saja.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments